Posted by Unknown |

1.      Gaya kepemimpinan Republik Indonesia;

A.     Presiden Ir. Soekarno.  (The Autocratic Leader)
1)      Sosok yang low context (sosok yang lembut).
2)      Banyak bicara dengan bahasa lugas (to the point).
3)      Bawahan tidak berani ikut berpartisipasi.
4)      Tegas & Teguh.
5)      Menyukai keindahan.
6)      Bertemperamen meledak-ledak.
        
B.      Presiden Soeharto. (The Autocratic Leader)
1)      Hight context, (para pembantu Soeharto harus pintar memahami yang tersirat di balik yang tersurat).
2)      Tidak to the point.
3)      Santun.
4)      Banyak kepura-puraan (impression management).
5)      Mahir dalam strategi.
6)      Detailis sekaligus pandai menggunakan kesempatan.

C.    Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie.  (The Participate Leader)
1)      Pribadi yang terbuka (extrovert).
2)      Mengajak partisipasi bawahan.
3)      Suka uji coba tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
4)      Sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai mendengar.
5)      Akrab dalam bergaul.
6)      Komunikasinya penuh spontanitas.

D.     Presiden K.H. Abdulrahman Wahid. (The Participate Leader)
1)   Pribadi yang terbuka (extrovert).
2)   Demokratis.
3)   Sangat tidak disiplin.
4)   Pemimpin yang sangat impulsive.
5)   Seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikiranya.
6)   Penuh dengan ide.




Menurut pendapat kami , layak menjadi :
1)      Camat. (Layak)
Alasan :
a)         Sosoknya yang sederhana tak langsung memberikan kesan.
b)         Senyum yang selalu tersungging mampu menawan hati setiap orang yang memandang.
c)         Setiap individu dilayani dengan ramah tanpa membedakan status kepangkatan.
d)         Tak pernah terdengar keluhan dalam menjalankan tugas.
e)         Pekerjaan adalah bagian dari perjuangan hidup yang tak kenal waktu.

Syarat :
a)      Tidak korupsi.
b)      Santun.
c)      Berwibawa.
d)      Hangat bersahabat.
e)      Pandai berkomunikasi.

2)      Presiden. (Tidak Layak)
Alasan:
a)     Plin-plan.
b)      Kurang berwibawa.
c)      Kurang dipercaya.
d)      Kurang percaya diri (PD).
e)      Kurang/tidak pandai dalam berkomunikasi.

Syarat :
a)      Bisa mengambil keputusan.
b)      Harus mempunyai visi dan misi yang membangun Negara.
c)      Pandai berkomunikasi.
d)      Percaya Diri.
e)      Berwibawa.





Posted by Unknown |

BADEN POWELL


Berbicara mengenai Gerakan Pramuka, maka tidak boleh tidak kita harus mengenal pendiri gerakan kepanduan, yaitu Lord Baden Powell Of Gilwell. Sir Robert Baden Powell telah membuat suatu loncatan dalam sejarah yang mengejutkan dunia.
                                            
Robert Stephenson Smyth Baden Powell adalah seorang tentara Inggris dan pendiri the Boy Scouts. Beliau lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857. Para pandu biasa memanggilnya BP (bee-pee/bipi). Nama kecil dari Sir Robert Baden Powell adalah Ste, Stephe, Steevie atau Stephenson. Ayahnya adalah seorang guru besar Geometri di Universitas Oxford, Inggris, yaitu Prof. Domine Baden Powell. Sedangkan ibunya adalah Miss Henrietta Grace Smyth, seorang putri dari admiral Kerajaan Britania Raya yang terkenal yaitu William T. Smyth.

Baden Powell dilahirkan dalam sebuah keluarga besar. Beliau mempunyai sembilan orang saudara, yaitu : Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta, Jessie, dan Baden Fletcher.

Pada saat berusia 3 tahun, Baden Powell telah  menjadi seorang anak yatim, sejak ayahnya meninggal pada tanggal 11 Juni 1860. Sehingga sejak kecil beliau telah dituntut untuk dapat hidup mandiri. 

Di tahun 1870, Ny. Henrietta Grace memasukkan Baden Powell ke Charterhouse School. Di Charterhouse, Baden Powell terkenal cerdas dalam belajar dan banyak mengikuti kegiatan-kegiatan seperti : marching band, klub menembak (Rifle Corps), teater, melukis dan menggambar, serta bermain bola. Di sekolah inilah Baden Powell dijuluki sebagai “Bathing-Towel”.

Baden Powell menamatkan sekolahnya di Charterhouse School pada usia 19  tahun. Kemudian beliau bergabung dengan  dinas kemiliteran atas bantuan pamannya Kolonel Henry Smyth, komandan dari Royal Military Academy di Woolwich. Dan setelah lulus dari akademi militer tersebut, Baden Powell ditempatkan di India dengan pangkat pembantu letnan. Beliau tergabung dalam Pasukan Hussars ke-13 pada tahun 1876.

Setelah sempat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya Baden Powell ditugaskan sebagai perwira staff di Mafeking (kini Mafikeng), sebuah kota di pedalaman Afrka Selatan. Dari kota inilah Baden Powell menjadi terkenal dan dianggap sebagai pahlawan karena jasa-jasanya dalam memimpin pertahanan Kota Mafeking terhadap pengepungan Bangsa Boer (bangsa Eropa keturunan Belanda yang lahir dan besar di Afrika). Pengepungan tersebut berlangsung selama kurang lebih 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 sampai tanggal 18 Mei 1900). Karena jasanya tersebut, Baden Powell dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal.

Selama bertugas di Afrika, Baden Powell banyak melakukan petualangan. Dari suku-suku setempat seperti Zulu, Ashanti, dan Metabele, Baden Powell mendapat julukan “Impeesa” yang artinya “Serigala yang tidak pernah tidur”. Hal ini disebabkan karena sifat waspada, cekatan, dan keberaniannya.

Pada tahun 1901, Baden Powell kembali ke Inggris. Baden Powell kemudian menulis pengalaman-pengalamannya dalam buku Aids to Scouting. Oleh karena itu, pada tahun 1907, Baden Powell diundang oleh perkumpulan Boys Brigade dalam sebuah perkemahan yang diikuti oleh 20 orang anggotanya. Perkemahan tersebut diselenggarakan di Pulau Brownsea.


Baden Powell di tahun 1908 menulis sebuah buku yang berjudul Scouting for Boys, yang kemudian menjadi mahakarya yang spektakuler yang memengaruhi perkembangan kepanduan di seluruh daratan Eropa dan daerah jajahan. Buku ini pertama kali diedarkan pada tanggal 15 Januari 1908. Pada tahun yang sama Baden Powell membentuk the Boy Scouts.

Dua tahun kemudian, Baden Powell meletakkan jabatannya di dinas ketentaraan dengan pangkat terakhirnya letnan jenderal. Sejak saat itu Baden Powell mulai berkonsentrasi penuh mengembangkan kepanduan di seluruh dunia. Bahkan beliau juga mendirikan the Girl Guides sebagai organisasi kepanduan putri di tahun 1910 itu. Di Girl Guides ini Baden Powell dibantu oleh adik perempuannya, Agnes Baden Powell.
Pada tahun 1912, Baden Powell menikah dengan Olave St. Clair Soames, yang lebih dikenal dengan sebutan Lady Baden Powell. Yang di kemudian hari melanjutkan usaha Agnes Baden Powell untuk mengembangkan the Girl Guides. Dari pernikahan ini Baden Powell dikaruniai tiga orang anak yaitu Peter (1913), Heather (1915), dan Betty (1917).

Kepanduan Siaga atau ‘Cub’ didirikan di tahun 1916, dengan ilustrasi kegiatannya di ambil dari buku yang terkenal karya Rudyard Kipling, The Jugle Book, yang berisi cerita tentang petualangan Mowgli si anak serigala beserta teman-teman binatangnya, Bagheera si macan kumbang dan juga Bugaloo si beruang.

Baden Powell kemudian melanjutkan usahanya dengan mendirikan kepanduan untuk golongan Penegak (Rover Scouts) di tahun 1918. Baden Powell menulis buku Rovering to Success, “Mengembara Menuju Keberhasilan”, di tahun 1922 yang mengisahkan tentang petualangan seorang anak muda yang sedang berperahu menuju sebuah pantai – Baden Powell menyebutnya Pantai Bahagia – dengan melewati berbagai rintangan berbentuk karang-karang tajam (karang kehidupan) yang berbahaya dan selalu menghalangi laju perahu pemuda itu. Karang-karang kehidupan itu adalah :
1.       Karang wanita
2.       Karang perjudian
3.       Karang minuman keras dan merokok
4.       Karang mementingkan diri sendiri (egois) dan mengorbankan orang lain.
5.       Karang tidak bertuhan (atheis).

Selain itu Baden Powell juga menulis buku petunjuk untuk pembina, yang beliau tulis sejak tahun 1914 sampai tahun 1919, yaitu buku Aids to Scoutmastership.

Simpati atas usaha Baden Powell, William F. DeBois Mc. Laren, salah seorang sahabat Baden Powell memberikan tanah untuk dipergunakan sebagai tempat bermain dan berlatih. Taman ini diberi nama Gilwell Park.

Pada tahun 1920, para pandu sedunia berkumpul di Olimpia, London, Inggris dalam acara Jambore Dunia yang pertama. Pada hari terakhir kegiatan tersebut, 6 Agustus 1920, Baden Powell diangkat sebagai The Chief Scout of The World atau Bapak Pandu Sedunia.

Pada tahun 1929, Baden Powell dianugerahi gelar Lord Baden Powell of Gilwell, dengan julukan Baron oleh Raja George V.

Setelah berkeliling dunia, termasuk mengunjungi Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya dari meninjau Jambore di Australia, Baden Powell beserta Lady Baden Powell menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris (sekitar tahun 1935-1939). Kemudian Baden Powell kembali ke Afrika dan menghabiskan masa tuanya di Nyeri, Kenya hingga beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1941.